Header Ads


Istri Disetubuhi Pacar Anak Saat Sedang Kesepian Part1


Dengan jemari lentiknya, Naya menyimpulkan tali jubah mandinya sembari berjalan masuk ke kamar mandi. Sore itu, ia berencana melepaskan segala macam kepenatan pikirannya dengan mandi sambil berendam di bathup. Yup, itu semua karena pekerjaan di kantor barunya benar-benar menyita seluruh tenaga dan konsentrasinya.

Air segera mengucur deras dengan seketika begitu Naya memutar tuas keran air yang ada dibagian bawah bathup. Sesekali, ia kecipakkan tangan putih mulusnya ke air guna merasakan tingkat kepanasan air. “Moga-moga, mandi berendam ini dapat menjernihkan pikiranku.” ucapnya pelan.

Butuh beberapa waktu guna memenuhi bak bathup itu dengan air. Oleh karenanya, selagi menunggu bathup penuh, Naya menuju dapur yang ada di lantai dasar untuk membuat segelas jus melon kegemarannya. Jus melon, olahan minuman dari buah yang bagi Naya adalah teman setia ketika menemaninya berendam.

Cobalah oh sayang hatiku pasti jadi milikmu
Bila kau tunjukkan kasih sayang padaku
Sepenuh hati dengan cintamu
Sayangi aku selayaknya aku kekasihmu
Aku wanita yang butuh cinta
Bukan hanya perzinahan
Yang dapat kau lalui lalu kau pergi

Tak sadar, dari semenjak keluar kamar hingga dapur, bibir tipis Naya melantun sebait lagu yang semakin lama semakin keras. Dan dengan diiringi gerakan tarian manja, Naya menyanyikan keseluruhan tembang yang dibawakan oleh grup band lawas tersebut. Hingga ketika melewati ruang tengah, Naya dikagetkan oleh sesuatu.

“Eh, Mitha, kamu kok sudah pulang?” tanya Naya dengan nada kaget akan keberadaan putri semata wayangnya di sudut kursi ruang tengah.

“I-iya, mi. Hari ini lesnya libur, khan sekarang hari jumat.” jawab Mitha yang juga terkejut akan kehadirannya Naya yang tiba-tiba.

“Haloo, halooo, Mith? Mitha?” panggil seorang pria yang ada di ujung telepon.

“Eh, iya. Ga kenapa-napa kok, cuma ada mami.” sambung Mitha.

“Hayo, kamu sedang telepon ama siapa, sayang?” tanya Naya menggoda anak perempuan satu-satunya. Didekatkannya telinga Naya pada gagang telephon yang berada pada genggaman Mitha, seolah ia ingin nguping. Namun karena malu, Mitha segera menghindarkan gagang telephon itu jauh-jauh dari jangkauan maminya.

“Ah, Mami kepo banget deh. Cuma temen kok, Mi.” jawab Mitha malu-malu.

“Hahaha… Dasar anak kecil.” tawa Naya yang akhirnya menyerah untuk menginvestigasi putrinya itu.

“Udah sana, mami mandi gih. Tuh denger, suara aer bathupnya dah penuh.”

“Iya deh… Yang masih ABG…” canda Naya genit.

“Halloohh… iya…” kembali Mitha melanjutkan perbincangan serunya seolah barusan tak ada apa-apa.

Sambil tersenyum, Naya pun ikut-ikutan tak menggubris Mitha yang sedang telepon. Dia segera menuju dapur untuk membuat jus melonnya.

 Agen Poker

Dari dapur, suara berat Mitha masih sedikit terdengar. Naya sebenarnya berusaha untuk tak menghiraukan percakapan antara putri dan temannya itu, namun entah kenapa, jika melihat dari gelagat Mitha ketika menelpon, dia terlihat seperti sesosok mata-mata yang sedang membocorkan rahasia. Duduk disudut ruangan, bergelap-gelapan dengan pandangan mata yang selalu siaga mengawasi kondisi sekitar.

Mau tak mau, Naya pun menjadi penasaran. Segera saja, ia mematikan mesin blender yang sedang menggiling daging buah melon itu, lalu ia pertajam indra pendengarannya. Dan mendadak, Naya lupa akan tujuan awalnya membuat jus melon sebagai teman mandi berendamnya.

“Hihihi… iya bener, rasanya bikin deg-degan gimana gitu…” ucap Mitha lirih sambil sesekali ia tertawa kecil.

”…”

“Bener-bener, bentuknya ga sama seperti gambar yang ada di buku. Beda banget.”

”…”

“Gedhe dan panjang.”

”…”

“Iya, Mitha juga pengen…”

”…”

“Aduh, kapan ya bisa seperti kemaren lagi?” kembali Mitha celingukan, menengok ke arah dapur dimana mamanya berada. Ia berjaga-jaga supaya tak ada seseorang pun yang mendengar percakapannya.

“Mitha juga merindukan sodokan batang panjangmu, sayang, hihihi…” kembali Mitha tertawa kecil.

“Merindukan sodokan batang panjangmu?” tanya Naya dalam hati. “Batang apakah yang sedang dibicarakan antara Mitha dan teman prianya ini?”

Mendadak muka Naya menjadi merah, dan detak jantungnya berdebar begitu kencang. Apakah mungkin, Mitha sedang membahas tentang batang kelamin teman lelakinya? Mitha khan baru masuk kelas 2 SMP baru 15 tahun. Belum sepantasnya ia mendiskusikan tentang hal itu dengan teman lelakinya.

Naya mencoba mengingat tentang kejadian beberapa waktu lalu. Ada beberapa kejanggalan mengenai putrinya yang susah untuk dijelaskan.

Pulang larut malam, cupangan di leher bawah serta dadanya, dan yang paling mengejutkan adalah adanya plastic kondom di laci kamarnya. Hal itulah yang membuat pikiran Naya menjadi gelisah. Ada apa gerangan yang terjadi pada kelakuan putri satu-satunya itu.

“Ah, kamu jangan gitu ahh… Mitha juga pengen.”

Kembali Naya membuang semua pikiran aneh itu dan lebih memilih untuk mendengarkan percakapan putrinya dari jauh. Hingga, sebuah kalimat yang membuat detak jantungnya seolah berhenti.

“Mitha juga pengen ngejilatin kontolmu, Mas. Pengen banget minum pejuhmu lagi.”

DEG…!

Naya seolah tak percaya dengan apa yang ia dengar barusan. Walau terdengar begitu samar, namun Naya yakin, jika barusan ia mendengar putrinya ingin meminum sperma lelaki teman bicaranya.

“Mitha ga sabar nunggu mami pergi keluar kota lagi, jadi khan kita bisa nerusin rencana mas Udin yang sempat tertunda kemaren.”

“Udin?” tanya Naya dalam hati.

Mendengar pembicaraan mereka yang mulai tak senonoh, Naya berjingkat pelan. Mendekat ke arah Mitha dari arah belakang punggung Mitha dan… “Kamu sedang ngobrol dengan Udin si tukang ojek itu ya?

Mitha menengok ke arah datangnya suara itu dan langsung berdiri dari tempat duduknya. “Sialan! Udah dulu ya, sayang, ada mami…”

Sebelum Mitha meletakkan gagang telephon itu ke badan telephon, Naya langsung menyerbu ke arah Mitha sambil berteriak lantang. “Berikan telepon itu!” bentak Naya sembari menyambar gagang telephon dari tangan putrinya.

BERSAMBUNG


No comments